http://republika.co.id/koran_detail.asp?id=340818&kat_id=6
Kamis, 10 Juli 2008
Banyak Parpol Hanya Suburkan Politik Uang
PURWOKERTO -- Banyaknya partai politik yang ikut Pemilu 2009 dikhawatirkan menyuburkan politik uang. Partai kian banyak tapi program dan identitas politiknya tidak jelas, sehingga masyarakat bingung memilih.
''Dalam kebingungan itu, rakyat mudah tergoda. Rakyat memilih partai bukan karena program atau ideologi partai, tapi karena mana yang memberi uang,'' kata pengamat politik Universitas Paramadina, Yudi Latief, di sela Seminar Nasional Refleksi 58 Tahun Mosi Integral Muhammad Natsir, di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Rabu (9/7).
Akibatnya lainnya, banyaknya parpol juga akan semakin memicu kompleksitas politik. Berbagai sumber daya akan dipolitisasi oleh parpol. ''Saya kira dalam waktu dekat perilaku-perilaku politisi yang menghalalkan segala cara makin merebak. Akan semakin banyak transaksi-transaksi gelap dan penyandang dana gelap. Akhirnya, memunculkan modus korupsi baru,'' kata Yudi.
Secara terpisah, Guru Besar Hukum UII Yogyakarta, Mahfud MD, menilai, 34 parpol yang ikut pemilu akan membuat suhu politik bergejolak dan bisa merugikan pemerintah. ''Akan terjadi instabilitas politik,'' katanya. Masalah lain yang muncul dari jumlah parpol yang melebihi peserta Pemilu 2004, adalah membuat kebijakan-kebijakan pemerintah nantinya tidak berjalan lancar. Apalagi secara tata negara, sistem presidensial yang dipilih Indonesia seharusnya tidak 'nyambung' dengan sistem banyak partai yang terjadi saat ini.
Apakah ini salah KPU? Yudi kembali mengatakan, ''Tidak. Masalah banyaknya parpol adalah kesalahan dari hulu, yaitu penyusun UU Pemilu dan UU Parpol, yaitu DPR.'' Maka dia pun tidak habis pikir setiap kali pemilu undang-undang harus diubah. ''Imbasnya yang terjadi kemudian adalah tawar-menawar politik yang melanggengkan kekuasaan parpol, ketimbang menyelesaikan inti masalah persoalan bangsa.''
Ideologi parpol mencair
Namun di sisi lain, Mahfud melihat banyaknya parpol memberi sisi positif. Salah satunya adalah mencairnya ideologi parpol. Hal ini terbukti dari beberapa pilkada yang menyatukan sejumlah parpol yang berbeda ideologi dasar. ''Tidak ada lagi sekat ideologi yang tajam.''
Namun, Yudi kurang sependapat dengan pandangan Mahfud itu. Menurutnya, parpol yang diloloskan oleh Komisi Pemilihan Umum banyak yang tidak jelas ideologinya. Padahal ideologi bagi partai adalah sesuatu yang sangat penting. ''Politik tanpa ideologi artinya politik tanpa arah, tanpa kerangka, tanpa program,'' katanya.
Parpol, lanjut Yudi ahirnya kehilangan orientasi. Ironisnya, Islam yang kerap diusung oleh sejumlah parpol menjadi sekadar jualan. Ia mencontohkan akhir-akhir ini justru politisi dari parpol Islam mencoreng mukanya sendiri karena ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi dengan dugaan menerima suap. evy
( )